PERTANYAAN-PERTANYAAN TERAKHIR
(LAST QUESTION)
(Di
atas panggung terdapat sebuah kursi, di belakangnya berdiri seorang tua)
Pak
Tua Bagaimana bisa
aku meninggalkan dunia ini dengan tenang tanpa kesedihan? Begitu panjang
hari-hari penuh kepdulian ku lalui. Begitu panjang pula malam-malam penuh
kesepian kujalani. Tanpa seorang istri, tanpa anak, tanpa siapapun. Isteri,
telah lama kubiarkan menjadi misteri. Anak, hanyalah kerinduan yang tiada
terelak.
Ohh …. Terlalu banyak
keping-keping jiwaku berserakan. Segala kerinduanku berlarian ke sana kemari
bagai bocah-bocah di bawah tangisan awan hitam .
(Musik detak jantung)
Kini semua harus
usai. Bukan hanya lembaran baju yang harus segera kutanggalkan, tetapi juga
serpihan-serpihan kulit yang ingin kurobek dengan tanganku sendiri. Bukan pula
kepala, kaki dan tangan yang ingin kulepas nanti, tetapi juga segumpal darah
kental dalam jantung yang telah dilezatkan oleh rasa lapar dan dahaga.
Aku tak ingin menunggu
lebih lama lagi. Aku ingin segera pergi walau perih tiada bertepi.
(Terdengar suara kereta Sang
Penjemput)
Aahh …. Ia telah menyeru
memanggilku. Ia datang menjemput. (Pak
Tua duduk di atas kursi kesayangannya) Hamba telah siap berangkat!
Seorang anak muda masuk melempar
bunga tujuh rupa ke atas Pak Tua berdiri.
Anak
Muda Tunggu! (Musik detang jantung berhenti) Jangan
Bapak keburu berlalu. Bunga tujuh rupa ingin juga ikut serta.
Pak
Tua Siapa engkau
anak muda. Wajahmu begitu indah memancar kilau keemasan.
Anak
Muda Saya, Puteri. Seorang gadis penumbuk
padi ingin memiliki harapan berkarat emas.
Pak
Tua Kuhargai segala
keberanianmu mengganggu keberangkatanku, Puteri. Sebutkanlah!
Anak
Muda Puteri ingin jadi anak Bapak
Pak
Tua Menjadi anakku?
Mengapa?
Anak
Muda Puteri menyayangi Bapak.
Pak
Tua Sayang katamu?
Anak
Muda Ya, Puteri sangat sayang meski
dengan kasih yang membisu.
Pak
Tua Kasih sayang tak
pernah mampu menyadari kedalamannya sendiri, Puteri. Kamu terlambat!
(Anak muda mendekat dan bersimpuh
di samping Pak Tua yang sedang duduk)
Anak
Muda Jangan! Jangan dulu Bapak
meninggalkan Puteri. Puteri berjanji, kasih Puteri tidak akan menjadi pengikay.
Keinginan Puteri tidak akan menjadi penghalang bagi kepergian Bapak. Izinkan
Puteri mengajukan beberapa pertanyaan terakhir.
Pak
Tua Baiklah, tapi
segeralah, waktuku tidak banyak.
Anak
Muda Puteri ingin tahu tentang cinta.
(Mengalun
musik beraroma cinta)
Pak
Tua Apabila cinta
memanggilmu, ikutlah dengannya meski jalan yang akan kau tempuh terjal dan
berliku. Dan apabila sayap-sayapnya merengkuhmu, pasrahlah!
Menyerahlah!
Meski pedang yang tersembunyi di balik sayap itu akan melukaimu. Jika ia
berkata-kata kepadamu, percayalah walau ucapannya membuyarkan impianmu.
Sebagaimana cinta memahkotaimu, cinta akan pula menyalibmu. Sebagaimana cinta
memekarkan kuncup-kuncup kembangmu, cinta akan pula mencabut akar-akarmu.
Demikianlah sifat cinta
pada diri manusia. Pahamilah cinta sebagai rahasia hati.
Anak
Muda Maaf, apakah Bapak memiliki ……
Pak
Tua Jangan kau
tanyakan yang satu ini, nak! (Musik berhenti)
Aku tak ingin
kesenangan menjadi tujuan dalam cinta. Karenanya aku memilih menutup tubuh dan
menyingkir dari penempaan, memasuki dunia tanpa musim.
Anak
Muda Lalu, apa yang akan Puteri dapat
dari cinta?
Pak
Tua Cinta tak akan
memberikan apa-apa, kecuali keseluruhan dirinya. Ia pun tak akan mengambil
apa-apa daripadamu, kecuali dirinya sendiri.
Cinta tak punya
hasrat untuk mewujudkan dirinya sendiri.
Anak
Muda Konon, Oidipusmemadu cinta dengan
ibunya sendiri, di bawah bayang kematian Laios, ayah kandungnnya sendiri.
Perkawinan penuh kutuk dan karma. Puteri ingin tahu tentang perkawinan.
Pak
Tua Bagi kalian yang
bukan sedarah sedaging, kalian diciptakan untuk berpasang-pasangan, maka
selamanyalah kalian berpasangan sampai maut merenggut hidup. Biarkan ada ruang
di antara hati kalian, tempat angin melintas dan memainkan tariannya. Saling
mengasihilah satu sama lain tapi jangan jadikan cinya sebagai belenggu. Biarkan
cinta bergerak bebas bagaikan lincahnya gelombang air menuju pantai. Bernyanyi
dan menarilah dalam suka dan duka, dan sisakan ruang bagi masing-masing untuk
menghayati kesatuannya.
Anak
Muda Lalu, siapakah yang lebih
berkuasa?
Pak
Tua Ingat, pohon
jati dan pohon beringin, tidak pernah berdiri di bawah bayangan satu sama lain.
(Jeda pikir)
Anak
Muda Melalui rahim ibunya, Oidipus
melahirkan dua keturunan; Antigon dan Ismene. Ajarkan Puteri tentang anak
keturunan.
Pak
Tua Anak-anakmu
kelak, bukanlah milikmu. Mereka adalah anak-anak kehidupa yang merindukan kehidupan
mereka sendiri. Berikan kasih sayangmu, tapi jangan bentuk pikiran mereka
karena mereka akan membentuk pikiran mereka sendiri. Kamu berhak membuatkan
mereka rumah untuk tubuh, tapi bukan untuk jiwa. Sebab jiwa-jiwa mereka adalah
penghuni rumah masa depan yang tiada dapat kalian kunjungi, sekalipun dalam
mimpi. Kamu adalah busur dan anak-anakmu adalah anak panahnya. Sang pemanah
maha tahu bagaimana melesatkan anak panah itu ke arah yang tepat.
Anak
Muda Puteri ingin menjadi anak panah
yang melesat cepat pada busur Bapak. Puteri akan senang sekali bila Bapak
menggenapinya.
Pak
Tua Kesenangan
merupakan lagu kebebasan, tapi bukan kebebasan itu sendiri.
(Terdengar kembali suara kereta
Sang Penjemput)
Ia datang kembali !!!!
Ia harus membawaku pergi. Tak bisa ditunda lagi. Selamat tinggal Puteri!
Selamat tinggal kehidupan.
Anak
Muda
Tunggu!!!! Masih banyak pertanyaan yang
mesti Bapak jawab.
(Berbicara ke arah suara/tanda sambil melemparkan bunga ke arahnya)
Pergi dan
kembalilah nanti. Jangan dulu jemput Bapak. Masih bnayak pertanyaan yang harus
Puteri tanyakan tentang keidupan ini. Pergiii!!!
(Tanda klimaks, Puteri menengok ke
arah Bapak yang tak lagi beryawa)
Bapaaak!!!!!
(Jeda untuk isak tangis)
Cinta,
perkawinan, dan anak keturunan merupakan kesatuan yang sering terpisahkan oleh
kesenangan.
Selamat jalan Pak.
Terima kasih atas semua jawaban pertanyaan-pertanyaan terakhir.